Pengertian Prosedur Menurut Para Ahli

Pengertian Prosedur
Prosedur berasal dari bahasa Inggris “procedure” yang bisa diartikan sebagai cara atau tata cara. Akan tetapi kata procedure lazim digunakan dalam kosakata Bahasa Indonesia yang dikenal dengan kata prosedur. Dalam Kamus Manajemen, prosedur berarti tata cara melakukan pekerjaan yang telah dirumuskan dan diwajibkan. Biasanya prosedur meliputi bagaimana, bilamana dan oleh siapa, tugas harus diselesaikan.

Menurut Ida Nuraida (2008:35), “Prosedur adalah urutan langkah-langkah (atau pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan), di mana pekerjaan tersebut dilakukan, berhubungan dengan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana melakukannya, di mana melakukannya, dan siapa yang melakukannya.”

Dari pengertian prosedur di atas dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah prosedur pastinya akan tercantum cara bagaimana setiap tugas dilakukan, berhubungan dengan apa, bilamana tugas tersebut dilakukan dan oleh siapa saja tugas harus diselesaikan. Hal ini tentu sangat wajar dilakukan karena sebuah prosedur yang dibuat memiliki tujuan untuk mempermudah kita dalam melaksanakan suatu kegiatan.

Pengertian Prosedur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai berikut:
  • Tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas.
  • Metode langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu masalah.
Dalam hal ini prosedur merupakan suatu tahapan dalam menyelesaikan suatu aktivitas yang dapat memecahkan suatu masalah. Misalnya, dalam suatu perusahaan terdapat banyak dokumen yang berbeda jenis dan manfaatnya, untuk menata dokumen tersebut agar terlihat rapi dan mudah ditemukan maka kita harus bisa memilah dokumen sesuai jenis dan manfaatnya yang kemudian difilekan ke box yang sudah tersedia. Dengan demikian, sangat diperlukan sebuah prosedur yang baik dan benar untuk diterapkan pada perusahaan.

Menurut Mulyadi (2001:5) yang dimaksud dengan prosedur adalah “suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.” Selain itu Zaki Baridwan (2002:3), menjelaskan bahwa prosedur adalah “suatu urut-urutan pekerjaan kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi.” Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah suatu urutan yang tersusun dan biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian departemen atau lebih, serta disusun untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi-transaksi perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang.

Menurut Ig. Wursanto (1987:19) yang dimaksud dengan prosedur merupakan rencana, karena bersangkutan paut dengan pemilihan suatu cara bertindak dan berlaku untuk kegiatan-kegiatan di waktu yang akan datang. Prosedur-prosedur bukan hanya merupakan pedoman untuk berfikir, tetapi juga untuk bertindak dan melaksanakan cara yang tepat guna menjalankan suatu kegiatan tertentu. Seperti halnya dengan kebijaksanaan, prosedur juga mempunyai urutan kepentingan. Adapun pengertian prosedur menurut Ida Nuraida (2008:35), prosedur merupakan:
  • Metode-metode yang dibutuhkan untuk menangani aktivitas-aktivitas yang akan datang.
  • Urutan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu.
  • Pedoman untuk bertindak.
Pengertian prosedur di atas dijelaskan dengan pengertian metode menurut Ida Nuraida (2008:35), yang menyatakan bahwa : “metode menunjukkan cara pelaksanaan pekerjaan dari suatu tugas yang terdiri atas satu atau lebih kegiatan yang bersifat tulis-menulis oleh seorang pegawai sehingga serangkaian metode yang disatukan akan membentuk suatu prosedur.”

Pendapat Ida Nuraida yang dikemukakan di atas jika dipahami, bahwa prosedur adalah suatu cara, dimana pembuatan cara tersebut dipersiapkan untuk jangka waktu mendatang dan bisa jadi akan digunakan secara terus menerus jika cara tersebut dapat dipergunakan secara efektif dan efisien. Suatu cara di atas berisikan aturan atau pedoman untuk melakukan aktivitas-aktivitas pekerjaan dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan organisasi.

Menurut A.S. Moenir (1982:110), “Prosedur adalah suatu rangkaian tindakan, langkah atau perbuatan yang harus dilakukan oleh seseorang untuk dapat mencapai suatu tahap tertentu dalam hubungan pencapaian tujuan akhir.” Di dalam sebuah pencapaian tujuan akhir yang kita inginkan kita harus mempunyai pandangan tentang apa yang seharusnya kita lakukan, tahapan yang bagaimana yang nantinya dapat membantu kita dalam mencapai tujuan akhir.

Pengertian prosedur menurut MC Maryati (2008:43) adalah “serangkaian dari tahapan-tahapan atau urut-urutan dari langkah-langkah yang saling terkait dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Untuk mengendalikan pelaksanaan kerja agar efisiensi perusahaan tercapai dengan baik dibutuhkan sebuah petunjuk tentang prosedur kerja.” Dalam sebuah prosedur terdapat langkah-langkah yang saling berkaitan satu sama lain, langkah-langkah ini akan menjadi petunjuk dalam menyelesaikan permasalahan pada suatu pekerjaan. Di dalam perusahaan tentunya akan membutuhkan sebuah petunjuk tentang prosedur kerja yang terdiri dari tahapan-tahapan suatu pekerjaan, karena hal ini dapat menunjang tercapainya efisiensi perusahaan dengan baik.

Prosedur adalah faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaan, kerjaan perkantoran. Prosedur kerja dibuat untuk memperlancar setiap pekerjaan yang dilaksanakan oleh instansi atau perusahaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan dan sasarannya. Prosedur-prosedur berkaitan dengan suatu langkah yang bertahap dan berkaitan satu sama lain yang digunakan oleh suatu organisasi dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Dari beberapa pendapat-pendapat yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa prosedur adalah suatu urutan langkah-langkah, dari serangkaian tahapan yang saling berhubungan satu sama lain sebagai suatu cara atau metode dalam melaksanakan ataupun menjalankan suatu aktivitas sesuai dengan aturan yang berlaku untuk mencapai tujuan akhir. Prosedur yang ada biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang dan prosedur juga bisa berlaku untuk kegiatan-kegiatan di waktu yang akan datang.

Adapun sifat-sifat dan ciri-ciri prosedur menurut Moekijat (1989:194) sebagai berikut:

a. Sifat Prosedur
  1. Prosedur terdapat dalam tiap bagian perusahaan; prosedur merupakan salah satu macam rencana yang penting.
  2. Prosedur biasanya dipandang sebagai penerapan pekerjaan yang sifatnya berulang.
  3. Diberikan batas-batas waktu pada setiap langkah prosedur guna menjamin agar hasil akhir dicapai seperti yang diinginkan.
b. Ciri Prosedur
  1. Prosedur harus didasarkan atas fakta-fakta yang cukup mengenai situasi tertentu, tidak didasarkan atas dugaan-dugaan atau keinginan-keinginan.
  2. Suatu prosedur harus memiliki stabilitas, akan tetapi masih memiliki fleksibilitas.
  3. Prosedur harus mengikuti zaman (up-to-date).
Pentingnya suatu prosedur dikemukakan oleh MC Maryati (2008:43) bahwa
“Prosedur kerja membuat pekerjaan kantor dapat dilaksanakan lebih lancar. Sehingga waktu penyelesaian lebih cepat. Prosedur kerja juga memberikan pengawasan lebih baik tentang apa dan bagaimana suatu pekerjaan telah dilakukan. Prosedur kerja menjadikan setiap bagian berkoordinasi dengan bagian yang lain. Dengan adanya prosedur kerja maka pekerjaan dapat dikendalikan dengan baik, dan tentu saja hal tersebut akan membuat penghematan yang besar bagi perusahaan.”

Dengan demikian, prosedur kerja dibuat dan disusun agar setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah, lancar dan baik, dengan tahapan-tahapan yang teratur, urut pada akhirnya suatu pekerjaan dapat diselesaikan menurut target atau urutan waktu yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga akan lebih menghemat pembiayaan dalam proses kerja. Untuk itu dalam penyusunan prosedur hendaknya disesuaikan dengan prinsip-prinsip penyusunan prosedur yang ada. 

Prinsip-prinsip prosedur menurut MC Maryati (2008:44) sebagai berikut:
  1. Sebuah prosedur kerja yang baik prinsipnya adalah sederhana, tidak terlalu rumit dan berbelit-belit.
  2. Prosedur kerja yang baik, akan mengurangi beban pengawasan karena penyelesaian pekerjaan telah mengikuti langkah-langkah yang ditetapkan.
  3. Prosedur kerja yang ditetapkan telah teruji bahwa prosedur tersebut mencegah penulisan, gerakan, dan usaha yang tidak perlu (menghemat gerakan atau tenaga).
  4. Pembuatan prosedur kerja harus memperhatikan pada arus pekerjaan.
  5. Prosedur kerja dibuat fleksibel, artinya suatu prosedur bisa dilakukan perubahan jika terjadi hal-hal yang sifatnya mendesak.
  6. Memperhatikan penggunaan alat-alat untuk menunjang terlaksananya suatu prosedur dan sebaiknya digunakan sesuai kebutuhan.
  7. Sebuah prosedur kerja harus menunjang pencapaian tujuan.
Dari pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu prosedur terdapat semua aktivitas yang harus dilakukan. Prosedur yang dibuat hendaknya baik, tidak berbeli-belit dan tidak rumit agar yang berkepentingan dapat menggunakan fungsinya secara efektif dan efisien. Prosedur tersebut hendaknya telah teruji dan tidak menguras banyak tenaga, karena apabila terlalu menguras tenaga orang yang berkepentingan cenderung akan melanggar aturan dan merasa bosan dengan prosedur yang diterapkan. Prosedur yang dibuat hendaknya memiliki fleksibilitas agar pada situasi-situasi tertentu yang mendesak prosedur yang semula tidak dapat dijalankan karena suatu hal, prosedur tersebut dapat dilakukan perubahan tanpa harus menghentikan fungsi awalnya. Serta dalam pembuatan prosedur harus memperhatikan tingkat pencapaian tujuan, dengan prosedur yang baik dan tujuan yang hendak dicapai harus memiliki target serta tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan.

Prosedur menurut A.S. Moenir (1982:117) dibagi menjadi dua yaitu:
  • Prosedur umum, yaitu prosedur-prosedur yang menyangkut bidang pekerjaan yang bersifat umum (general) dan berlaku secara nasional yang menjadi tanggung jawab Manajer atas. Prosedur umum ini kadang-kadang demikian luas berlakunya sehingga melampaui batas-batas nasional.
  • Prosedur khusus (lokal), yaitu prosedur yang dibuat dan hanya berlaku secara lokal artinya untuk lingkungan tertentu, yang menjadi tanggung jawab manajer di tempat itu (atas, menengah atau bawah, tergantung luas lingkup prosedur itu).
Berkaitan dengan macam prosedur di atas, pada suatu perusahaan pasti akan menggunakan prosedur khusus (lokal), karena terlihat jelas bahwa prosedur ini dibuat dan hanya berlaku secara lokal, sehingga untuk semua aktivitas di perusahaan yang meliputi prosedur akan menjadi tanggung jawab manajer sesuai dengan lingkup prosedur yang ada di perusahaan tersebut.

Prosedur kerja selain disajikan secara tertulis bisa juga ditampilkan dalam bentuk bagan atau diagram. Menurut MC Maryati (2008:44-48), ada 3 bagan dalam prosedur, yaitu:

a. Bagan aliran kerja atau bagan proses (Work-flow Chart)
  1. Bagan proses adalah bagan yang menunjukkan secara rinci langkah-langkah dalam suatu proses pekerjaan.
  2. Langkah-langkah ditunjukkan dalam bentuk simbol dan disusun secara vertikal.
b. Bagan gerak atau bagan layout kerja (Work-layout Chart)
Bagan layout menggambarkan gerakan pekerjaan dalam suatu ruangan. Bagan digambarkan pada sebuah layout kantor, sehingga gerakan diukur dalam hubungannya dengan faktor fisik (energi). Alur kegiatan atau pekerjaan digambarkan dengan garis yang menghubungkan dengan beberapa unit kerja yang harus dilalui.

c. Bagan arus
Bagan ini menggambarkan aliran atau arus kegiatan dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan. Perjalanan dari dokumen-dokumen serta tembusannya dari suatu tempat bagian ke bagian lainnya sangat jelas digambarkan dalam bagan ini.

Pengertian Penjualan
Penjualan merupakan salah satu sumber pendapatan suatu perusahaan. Semakin meningkat aktivitas penjualan di suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula keuntungan yang akan didapatkan oleh perusahaan tersebut. Sebenarnya pengertian penjualan sangat luas, beberapa para ahli mengemukakan tentang definisi penjualan antara lain:

Definisi penjualan menurut Mulyadi (2008:202), ”Penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh laba dari adanya transaksi-transaksi tersebut dan penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli.” Selain itu pengertian penjualan menurut Prof. Dr. Winardi (1991:3), Penjualan (Selling) diartikan sebagai “proses di mana sang penjual memastikan, mengaktivasi dan memuaskan kebutuhan atau keinginan sang pembeli agar dicapai manfaat, baik bagi sang penjual maupun bagi sang pembeli yang berkelanjutan dan yang menguntungkan kedua belah pihak.”

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa adanya penjualan dapat tercipta suatu proses pertukaran barang atau jasa antara penjual dengan pembeli dengan tujuan untuk memperoleh laba dari adanya transaksi tersebut, pihak penjual juga ingin memuaskan kebutuhan sang pembeli. Di dalam perekonomian kita (ekonomi uang), seseorang yang menjual sesuatu akan mendapatkan imbalan berupa uang. Dengan alat penukar berupa uang, orang akan lebih mudah memenuhi segala keinginannya dan penjualan menjadi lebih mudah dilakukan. Jarak yang jauh tidak menjadi masalah bagi penjual. Secara sederhana, transaksi penjualan yang dilakukan oleh penjual dan pembeli dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar  Proses Pertukaran (Basu Swastha, 1989:9)

Semakin pandai seseorang untuk menjual akan semakin cepat pula mencapai sukses dalam melaksanakan tugas-tugasnya, sehingga tujuan yang diinginkan akan segera terlaksana. Dalam segala bidang dan tingkatan, taktik penjualan harus digunakan agar pelayanan yang diberikan kepada orang lain dapat memberikan kepuasan. Dengan kepuasan ini diharapkan mereka dapat menjadi langganan atau sahabat yang baik.

Ada definisi lain tentang penjualan yang dikemukakan oleh William G. Nickels (Basu Swastha, 1989:10) yang menyebutnya dalam istilah penjualan tatap muka (personal selling) sebagai berikut, “Penjualan tatap muka adalah interaksi antar individu, saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain.”

Jadi, penjualan tatap muka merupakan komunikasi orang secara individual yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan seluruh usaha pemasaran pada umumnya, yaitu meningkatkan penjualan yang dapat menghasilkan laba dengan menawarkan kebutuhan yang memuaskan kepada pasar dalam jangka panjang. Dalam hal ini, perusahaan memerlukan tenaga-tenaga penjualan atau wiraniaga untuk melakukannya. Tugas-tugas yang mereka lakukan cukup luwes karena secara langsung dapat mengetahui keinginan, motivasi dan perilaku konsumen; dan sekaligus dapat melihat reaksi konsumen sehingga mereka langsung dapat mengadakan penyesuaian seperlunya.

Bagi perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualannya, yaitu:
a. Mencapai volume penjualan tertentu
b. Mendapatkan laba tertentu
c. Menunjang pertumbuhan perusahaan. (Basu Swastha, 1989:80)

Usaha-usaha untuk mencapai ketiga tujuan tersebut tidak sepenuhnya hanya dilakukan oleh pelaksana penjualan atau para penjual. Dalam hal ini perlu adanya kerja sama yang rapi di antara fungsionaris dalam perusahaan. Namun demikian semua ini tetap menjadi tanggung jawab dari pimpinan (top manager), dan dialah yang harus mengukur seberapa besar sukses atau kegagalan yang dihadapinya.

Untuk maksud tersebut pimpinan harus mengkoordinir semua fungsi dengan baik termasuk fungsi penjualan.

Adapun tahap-tahap penjualan menurut Basu Swastha (1989:121-124) sebagai berikut:

Salah satu aspek yang ada dalam penjualan adalah penjualan dengan bertemu muka seperti yang telah dibahas sebelumnya. Dalam hal ini tahap-tahap yang perlu ditempuh oleh pihak penjual meliputi:

Gambar  Tahap-tahap Penjualan

Dari beberapa tahap-tahap penjualan di atas maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
  1. Persiapan Sebelum Penjualan adalah mempersiapkan tenaga penjualan dengan memberikan pengertian tentang barang yang dijualnya, pasar yang dituju dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan. Selain itu, mereka juga lebih dulu harus mengetahui kemungkinan tentang motivasi dan perilaku dalam segmen pasar yang dituju.
  2. Penentuan Lokasi Pembeli Potensial adalah dengan menggunakan data pembeli yang lalu maupun sekarang, penjual dapat menentukan karakteristik calon pembeli atau pembeli potensialnya. Termasuk faktor lokasi yang menjadi sasaran kunjungan bagi wiraniaga.
  3. Pendekatan Pendahuluan adalah sebelum melakukan penjualan, penjual harus mempelajari semua masalah tentang individu atau perusahaan yang dapat diharapkan sebagai pembelinya.
  4. Melakukan Penjualan adalah penjualan yang dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat perhatian calon konsumen, kemudian diusahakan untuk mengetahui daya tarik atau minat mereka.
  5. Pelayanan Purna Jual adalah sebenarnya kegiatan penjualan tidak berakhir pada saat pesanan dari pembeli telah dipenuhi, tetapi masih perlu dilanjutkan dengan memberikan pelayanan atau servis kepada mereka. Beberapa pelayanan yang diberikan oleh penjual sesudah penjualan dilakukan seperti: pemberian garansi, pemberian jasa reparasi, latihan tenaga-tenaga operasional dan cara penggunaannya, penghantaran barang ke rumah.
Dalam tahap terakhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai macam keluhan atau tanggapan yang kurang baik dari pembeli. Pelayanan lain yang juga perlu diberikan sesudah penjualan adalah memberikan jaminan kepada pembeli bahwa keputusan yang diambilnya tepat, barang yang dibelinya betul-betul bermanfaat dan hasil kerja produk tersebut memuaskan.

Pengertian Prosedur Penjualan
Dari pengertian prosedur dan penjualan di atas maka dapat dijelaskan lebih rinci lagi tentang pengertian keduanya secara garis besar, yaitu prosedur penjualan adalah suatu urutan langkah-langkah yang saling berhubungan satu sama lain dan didalamnya terdapat kegiatan penjualan yang terkait dengan proses pertukaran barang atau jasa serta transaksi yang terjadi berulang-ulang agar mencapai tujuan akhir yang efektif dan efisien.

Pengertian Prosedur Penjualan menurut Dr. Zaki Baridwan (1991:109) adalah:
“Urutan kegiatan sejak diterimanya pesanan dari pembeli, pengiriman barang, pembuatan faktur (penagihan), dan pencatatan penjualan. Dalam prosedur penjualan kredit, sulit dipisahkan antara prosedur penjualan dan piutang, karena keduanya berkaitan erat.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prosedur penjualan adalah urutan kegiatan sejak diterimanya pesanan dari pembeli, pengiriman barang, pembuatan faktur (penagihan) dan pencatatan penjualan yang melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

Prosedur penjualan agar dapat berjalan dengan optimal tentunya akan bergantung pada beberapa bagian, salah satunya yaitu bagian Administrasi. Menurut hasil wawancara dengan Eko Pujo Leksono dan Minanto selaku Staff Sales Administration, secara garis besar tugas administrasi penjualan adalah menyiapkan dan menyediakan segala keperluan kegiatan penjualan secara administratif sesuai dengan SOP (Standart Operational Procedur) yang berlaku pada setiap perusahaan dan dapat diuraikan sebagai berikut:
  1. Mengolah dokumen penjualan menjadi data yang meliputi Surat Pesanan Kendaraan (SPK), Purchase Order (PO), Bukti Penyerahan Kendaraan (BPK), kuitansi, invoice, faktur).
  2. Mencari barang yang diinginkan customer apabila stok tidak ada, serta bisa memesankan barang dengan cara nginden terlebih dahulu.
  3. Menginput data dari faktur kendaraan bermotor ke dalam sistem komputer.
  4. Mengajukan permohonan faktur guna pembuatan kelengkapan kendaraan (BPKB, STNK, dan Plat Nomor).
  5. Melakukan input BPKB guna menyimpan data-data atau informasi customer dan kendaraan yang ada pada BPKB ke dalam sistem komputer.
  6. Mengarsipkan dan mengefilekan dokumen-dokumen atau catatan-catatan yang diperlukan di bagian penjualan.
  7. Membuat laporan bulanan yang berupa laporan penjualan, laporan jumlah unit yang ada di PDS, dan laporan penjualan dari sales atau sales counter selama satu bulan.
Bukti transaksi merupakan suatu dokumen yang menandai bahwa transaksi yang sah telah terjadi. Setiap perusahaan mempunyai bukti transaksi yang berbeda-beda, tergantung pada jenis dan besarnya perusahaan. Bukti transaksi dapat berupa kuitansi, cek, faktur penjualan dan pembelian, tanda terima barang, daftar gaji, tanda setoran ban, surat keputusan direktur atau komisaris, nota pengiriman barang, dan sebagainya (Rahman Pura, 2013:19).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Eko Pujo Leksono dan Minanto selaku Staff Sales Administration, di dalam kegiatan penjualan ada beberapa hal yang harus dilakukan dan dicatat sebagai bahan acuan guna mengevaluasi hasil penjualan dan sebagai alat ukur laba atau rugi dari transaksi yang dilakukan. Bukti transaksi dari adanya penjualan di perusahaan, antara lain:

a. Laporan Persediaan Barang
Laporan yang menyajikan data tentang barang masuk dan keluar, berkaitan dengan jenis barang, tanggal pembelian dan penjualan yang berkaitan dengan nota debet atau surat pesanan kendaraan agar mudah untuk mengawasi barang apabila terjadi kerusakan, kehilangan, serta kehabisan persediaan.

b. Stok Barang
Aplikasi daftar persediaan barang yang berisi tentang identitas dan lokasi barang yang masih tersedia.

c. Surat Pesanan Kendaraan (SPK)
Surat yang isinya berupa identitas customer, jenis dan harga barang pesanan yang diberikan kepada sales atau sales counter setelah adanya persetujuan dari kedua belah pihak.

d. Purchase Order (PO)
Surat pesanan dari penjualan kredit yang berisi kesepakatan dari customer terkait dengan rincian harga dan tahapan pembayaran, serta dapat dijadikan sebagai bukti pengiriman barang.

e. Kuitansi
Bukti penerimaan uang dengan jumlah tertentu yang telah ditandatangani oleh bagian kasir kemudian diberikan ke customer.

f. Invoice
Invoice atau faktur penjualan yang merupakan bukti pencatatan adanya kegiatan penjualan, biasanya berisi informasi barang yang dibeli dan jumlah harga barang.

g. Faktur Kendaraan Bermotor (FKB)
Faktur ini berbeda dengan invoice, faktur kendaraan bermotor merupakan bukti pencatatan yang berfungsi sebagai permohonan penerbitan BPKB dan STNK, serta dijadikan bukti untuk dealer dan pemilik.

h. Laporan Penjualan
Laporan yang berisi tentang data barang yang terjual selama periode tertentu dalam bentuk sistem komputer, yang meliputi identitas barang yang terjual, harga jual, diskon, customer dan sales yang direkap agar mengetahui sejauh mana kegiatan penjualan berkembang dengan optimal.

Berdasarkan penjelasan di atas, sudah nampak jelas bahwa dalam penjualan, khususnya penjualan barang merupakan kegiatan menjual barang yang diproduksi sendiri atau dibeli dari pihak lain untuk dijual kembali kepada customer baik secara tunai maupun kredit. Jadi, secara umum kegiatan penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa, yang pada dasarnya terdiri dari dua jenis yaitu penjualan tunai dan penjualan kredit. Berikut beberapa penjelasan dari para ahli terkait dengan penjualan tunai dan penjualan kredit:

Pengertian Penjualan Tunai
Menurut Mulyadi (2008:455), “Penjualan tunai dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga barang lebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli. Setelah uang diterima oleh perusahaan, barang kemudian diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan tunai kemudian dicatat oleh perusahaan.”

Menurut Yadiati dan Wahyu (2006:129), “Penjualan tunai adalah pembeli langsung menyerahkan sejumlah uang tunai yang dicatat oleh penjual melalui register kas.”

Jadi, dapat disimpulkan bahwa penjualan tunai adalah penjualan yang transaksi pembayaran dan pemindahan hak atas barangnya langsung melalui register kas atau bagian kassa, sehingga tidak perlu ada prosedur pencatatan piutang pada perusahaan penjual.

Dalam penjualan tunai melibatkan beberapa bagian dalam perusahaan dimaksudkan agar penjualan dapat diawasi dan berjalan dengan baik. Fungsi yang terkait dalam penjualan tunai menurut Mulyadi (2001:462) adalah:

a. Fungsi Penjualan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima order dari pembeli, mengisi faktur penjualan tunai, dan menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli untuk kepentingan pembayaran harga barang ke fungsi kas.

b. Fungsi Kas
Fungsi ini bertanggung jawab sebagai penerima kas dari pembeli.

c. Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyiapkan barang yang dipesan oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi pengiriman.

d. Fungsi Pengiriman
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membungkus barang dan menyerahkan barang yang telah dibayar harganya kepada pembeli.

Dalam penjualan tidak pernah terlepas dari bukti-bukti yang menguatkan atas terjadinya proses transaksi antara kedua belah pihak. Salah satu bukti bahwa terjadinya suatu perjanjian transaksi adalah dokumen. Menurut Mulyadi (2001:463) dokumen yang digunakan dalam penjualan tunai adalah:

a. Faktur Penjualan Tunai
Dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan oleh manajemen mengenai transaksi penjualan tunai. Faktur penjualan tunai diisi oleh fungsi penjualan yang berfungsi sebagai pengantar pembayaran oleh pembeli kepada fungsi kas.

b. Pita Register Kas (Cash Register Tape)
Dokumen ini dihasilkan oleh fungsi kas dengan cara mengoperasikan mesin register kas (cash register). Pita register kas ini merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan oleh fungsi kas dan merupakan dokumen pendukung faktur penjualan tunai yang dicatat dalam jurnal penjualan.

c. Credit Card Sales Slip
Dokumen ini dicetak oleh credit card center bank yang menerbitkan kartu kredit dan diserahkan kepada perusahaan (disebut merchant) yang menjadi anggota kartu kredit.

d. Bill of Lading
Dokumen ini merupakan bukti penyerahan barang dari perusahaan penjualan barang kepada perusahaan angkutan umum. Dokumen ini digunakan oleh fungsi pengiriman dalam penjualan COD yang penyerahan barangnya dilakukan oleh perusahaan angkutan umum.

e. Faktur Penjualan COD
Dokumen ini digunakan untuk merekam penjualan COD. Tembusan faktur penjualan COD diserahkan kepada pelanggan melalui bagian angkutan perusahaan, kantor pos, atau perusahaan angkutan umum dan dimintakan tanda tangan penerimaan barang dari pelanggan sebagai bukti telah diterimanya barang oleh pelanggan.

f. Bukti Setor Bank
Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas ke bank. Bukti setor dibuat 3 lembar dan diserahkan oleh fungsi kas ke bank, bersamaan dengan penyetoran kas dari hasil penjualan tunai ke bank.

Pengertian Penjualan Kredit
Menurut Mulyadi (2001:210) “Penjualan kredit dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut.”

Menurut Soemarso (2009:160) yaitu “Penjualan kredit adalah transaksi antara perusahaan dengan pembeli untuk menyerahkan barang atau jasa yang berakibat timbulnya piutang, kas aktiva.”

Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penjualan kredit adalah suatu transaksi antara perusahaan dengan pembeli, mengirimkan barang sesuai dengan order serta perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli untuk jangka waktu tertentu yang mengakibatkan timbulnya suatu piutang dan kas aktiva.

Untuk menghindari tidak tertagihnya piutang, setiap penjualan kredit kepada pembeli selalu didahului dengan analisis terhadap dapat atau tidaknya pembeli tersebut diberi kredit. Fungsi yang terkait dalam penjualan kredit menurut Mulyadi (2001:211-213) adalah:

a. Fungsi Penjualan
Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima surat order dari pembeli, mengedit order dari pelanggan untuk menambahkan informasi yang belum ada pada surat order tersebut. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk membuat “back order” pada saat diketahui tidak tersedianya persediaan untuk memenuhi order dari pelanggan.

b. Fungsi Kredit
Fungsi ini berada di bawah fungsi keuangan yang dalam transaksi penjualan kredit, bertanggung jawab untuk meneliti status kredit pelanggan dan memberikan otorisasi pemberian kredit kepada pelanggan.

c. Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyimpan barang dan menyiapkan barang yang dipesan oleh pelanggan, serta menyerahkan barang ke fungsi pengiriman.

d. Fungsi Pengiriman
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas dasar surat order pengiriman yang diterimanya dari fungsi penjualan. Fungsi ini bertanggung jawab untuk menjamin bahwa tidak ada barang yang keluar dari perusahaan tanpa ada otorisasi dari yang berwenang.

Menurut Mulyadi (2001:214-216) dokumen yang digunakan dalam penjualan kredit adalah surat order pengiriman dan tembusannya. Surat order pengiriman merupakan dokumen pokok untuk memproses penjualan kredit kepada pelanggan. Berbagai tembusan surat order pengiriman terdiri dari:

1) Surat Order Pengiriman
Dokumen ini merupakan lembar pertama surat order pengiriman yang memberikan otorisasi kepada fungsi pengiriman untuk mengirimkan jenis barang dengan jumlah dan spesifikasi.

2) Tembusan Kredit (Credit Copy)
Dokumen ini digunakan untuk memperoleh status kredit pelanggan dan untuk mendapatkan otorisasi penjualan kredit dari fungsi kredit.

3) Surat Pengakuan (Acknowledgement Copy)
Dokumen ini dikirimkan oleh fungsi penjualan kepada pelanggan untuk memberitahu bahwa ordernya telah diterima dan dalam proses pengiriman.

4) Surat Muat (Bill of Lading)
Tembusan surat muat ini merupakan dokumen yang digunakan sebagai bukti penyerahan barang dari perusahaan kepada perusahaan angkut umum.

5) Slip Pembungkus (Packing Slip)
Dokumen ini ditempelkan pada pembungkus barang untuk memudahkan fungsi penerimaan di perusahaan pelanggan dalam mengidentifikasi barang-barang yang diterimanya.

6) Tembusan Gudang (Warehouse Copy)
Merupakan tembusan surat order pengiriman yang dikirim ke fungsi gudang untuk menyiapkan jenis barang dengan jumlah agar menyerahkan barang tersebut ke fungsi pengiriman.

7) Arsip Pengendalian Pengiriman (Sales Order Follow-up Copy)
Merupakan tembusan surat order pengiriman yang diarsipkan oleh fungsi penjualan menurut tanggal pengiriman yang dijanjikan.

8) Arsip Index Silang (Cross-index File Copy)
Merupakan tembusan surat order pengiriman yang diarsipkan secara alfabetik menurut nama pelanggan untuk memudahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pelanggan mengenai status pesanannya.

Pengertian Evaluasi Prosedur
Pengertian Evaluasi Prosedur menurut MC Maryati (2008:49) adalah:
“Perbaikan atau penyederhanaan dalam pelaksanaan pekerjaan perkantoran harus selalu dilakukan untuk menemukan prosedur yang terbaik. Baik metode atau prosedur harus selalu dilakukan perbaikan setelah melakukan evaluasi terlebih dahulu.”

Bagan Evaluasi Prosedur dalam MC Maryati (2008:50)
Gambar  Evaluasi Prosedur

Dasar yang digunakan sebagai pertimbangan dalam evaluasi adalah efisiensi dalam hal waktu, usaha dan biaya. Jika berdasarkan hasil evaluasi dinyatakan tidak efisien maka selanjutnya perlu tindakan. Namun bisa juga perubahan prosedur dilakukan karena adanya keluhan dari karyawan atau pelanggan. Selanjutnya dari hasil evaluasi prosedur menghasilkan simpulan 3 hal yaitu:
a. Prosedur dipertahankan
b. Prosedur disederhanakan
c. Prosedur diperbaiki

Menurut MC Maryati (2008:50-51) menjelaskan tentang Penyederhanaan merupakan:
“Sebuah prosedur atau metode kerja yang selama ini sudah dianggap baik, namun perlu sekiranya dipelajari atau diamati lagi masih mungkinkah dilakukan penyederhanaan. Berdasarkan pengalaman beberapa perusahaan yang mencoba melakukan penyederhanaan pekerjaan (work simplification) mereka akan tercengang dengan hasilnya. Karena tidak menyangka bisa melakukan efisiensi yang nilainya sangat tinggi. Sebuah perusahaan penerbitan dengan melakukan penyederhanaan prosedur dapat menghemat ratusan juta dalam satu tahun. Penyederhanaan prosedur meliputi memperpendek tahapan, mempermudah pelaksanaan, mengurangi sebagian dari tahapan yang biasanya dilakukan.”

Pengertian Perbaikan Prosedur menurut MC Maryati (2008:51-52) adalah:
“Prosedur yang telah ada seringkali perlu dilakukan perbaikan secara terus menerus. Karena manajer kantor harus selalu mencari metode atau prosedur kerja terbaik, agar efisiensi tercapai.”

Langkah-langkah perbaikan prosedur:
  1. Temukan permasalahannya, misalnya boros, atau banyak keluhan.
  2. Kumpulkan data-data pendukung, yang menguatkan alasan bahwa prosedur harus diperbaiki.
  3. Temukan prosedur yang lebih baik, dengan melihat mana yang harus dihilangkan, ditambah, dikombinasikan, atau diubah.
  4. Lakukan uji coba untuk prosedur baru tersebut.
  5. Evaluasilah apakah prosedur baru tersebut benar-benar lebih baik.
  6. Jika sudah baik lalu bakukan (standarisasi).
Jika perlu semua bagian yang terkait dilibatkan dalam perbaikan prosedur tersebut. Cara ini sangat bagus untuk membangun suasana kerja yang baik. Setiap karyawan yang terlibat dalam perbaikan akan merasa ikut menetapkan prosedur baru tersebut, sehingga ketika harus menjalankan prosedur baru akan merasa lebih ringan dan nyaman.

Dari uraian di atas untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya, penulis akan menjelaskan dengan tinjauan pustaka mengenai prosedur penjualan mobil. Adapun unsur yang diuraikan penulis untuk mendeskripsikan tentang prosedur penjualan mobil di PT. Nasmoco Abadi Motor Karanganyar terdiri dari :
  1. Prinsip-prinsip prosedur penjualan mobil
  2. Tujuan yang ingin dicapai perusahaan dalam prosedur penjualan mobil
  3. Tahap-tahap penjualan mobil di dalam perusahaan
  4. Dokumen yang terkait dalam penjualan tunai dan kredit
  5. Fungsi atau bagian yang terkait dalam penjualan tunai dan kredit
  6. Alur penjualan unit mobil di PT. Nasmoco Abadi Motor Karanganyar
  7. Evaluasi prosedur penjualan mobil di PT. Nasmoco Abadi Motor Karanganyar.
Selain itu, penulis juga akan memaparkan masalah-masalah yang timbul selama prosedur penjualan mobil berlangsung di PT. Nasmoco Abadi Motor Karanganyar. Beberapa unsur tersebut nantinya yang akan digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan oleh penulis.

Pengertian Metode Penelitian Menurut Para Ahli

Pengertian Metode Penelitian
Secara singkat dijelaskan bahwa, istilah metode penelitian terdiri atas dua kata, yaitu kata metode dan kata penelitian. Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.

Dalam bahasa Arab metode diungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan kata al-thariqah, Manhaj, dan al-Wasilah. Al-thariqah berarti jalan, Manhaj berarti sistem, dan al-Wasilah berarti perantara atau mediator. Dengan demikian, kata arab yang dekat dengan arti metode adalah Al-thariqah.

Kata-kata serupa ini banyak dijumpai dalam al-Qur'an menurut Muhammad Fuad Abd al-Baqi didalam al-Qur'an kata al-Thariqah diulang sebanyak sembilan kali. Kata ini terkadang dihubungkan dengan objeknya yang dituju oleh al-Thariqah seperti neraka, sehingga jalan menuju neraka (Q.S 4:169) terkadang dihubungkan dengan sifat dari jalan tersebut, seperti al-Thariqah al-Mustaqimah yang diartikan jalan yang lurus (Q.S. 46:30).

Mohammad Athiyah al-Abrasy mendefinisikan metode sebagai jalan yang kita ikuti memberi paham kepada peserta didik dalam segala macam pelajaran, dalam segala mata kuliah. Metode adalah rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas, dan kita terapkan dalam kelas selama kita mengajar dalam kelas itu. Kemudian Ghunaimah menyebut metode sebagai cara-cara yang diikuti oleh dosen untuk menyampaikan sesuatu kepada peserta didik.

Adapun pengertian penelitian adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data dilakukan secara ilmiah, baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif, eksperimental maupun non eksperimental, interaktif maupun non interaktif. sedangkan menurut Kerlinger (1978), mendefinisikan penelitian ilmiah sebagai penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari proposisi-proposisi hipotesis tentang hubungan-hubungan yang diperkirakan antara gejala-gejala alam. Intinya, penelitian adalah pencarian teori, pengujian teori, atau pemecahan masalah.

Berdasarkan pengertian di atas kita dapat mengetahui bahwa metode penelitian adalah suatu cara untuk memecahkan masalah ataupun cara mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Secara lebih luas lagi Sugiyono menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.

Banyak metode penelitian yang biasa digunakan dalam penelitian sosial dan pendidikan. Namun McMillan dan Schumacher (2001) memberikan pemahaman tentang metode penelitian dengan mengelompok-kannya dalam dua tipe utama yaitu kuantitatif dan kualitatif.

Daftar Pustaka
  • Acep Hermawan, 2011, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  • Ainin, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Malang : Hilal Pustaka.
  • Aziz Fachrurrozi, dan Erta Mahyuddin. 2010 Pembelajaran Bahasa Asing: Metode Tradisional dan Kontemporer. Jakarta: Bania Publishing,.
  • Ramdhan Abduttawab, 1994. Fushul fi fiqh Al Arabiyah. Maktabah Al-kahnji, Kairo.
  • Pateda, Mansur 1988. Linguistik (Sebuah Pengantar). Bandung: Angkasa.

Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Para Ahli

Pengertian Metode Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam hal ini pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan rancangan. Proses pembelajaran aktifitasnya dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suatu interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tentunya setidaknya adalah pencapaian tujuan intruksional atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran. Kegiatan pembelajaran yang diprogamkan guru merupakan kegiatan integralistik antara pendidik dengan peserta didik. Kegiatan pembelajaran secara metodologis berakar dari pihak pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara pedagogis berakar dari pihak peserta didik (Dewi, 2004:1).

Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkret dan wajar, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan mengalami atau mempraktekannya sendiri. Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pembangunan konsep semestinya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan pananaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik. 

Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu: 
  1. Subjek yang dibimbing (peserta didik); 
  2. Orang yang membimbing (pendidik); 
  3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif); 
  4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan); 
  5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (alat dan metode); 
  6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode); 
  7. Tempat dimana tempat bimbingan berlangsung yaitu lingkungan pendidikan (Hartoto, 2009:1).
Cepat lambatnya peserta didik dalam belajar biola sangat erat kaitannya dengan metode yang dipakai karena berpengaruh dengan cocok apa tidaknya metode itu diterapkan. Suatu metode mempunyai cara-cara yang berbeda dengan metode yang lain sehingga harus melihat lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Oleh karena itu salah satu yang bertanggung jawab dalam pendidikan adalah guru.

Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan sendiri adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar (Supriadi, 2006:1).

Konsentrasi pada persoalan belajar yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini supaya mereka dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif (Supriadi, 2006:1).

Samuel Smith telah mengadakan studi mengenai 18 buku tentang psikologi pendidikan yang dipandang baik. Smith menggolong-golongkan persoalan yang dikupas oleh para ahli yang diselidikinya itu menjadi 16 macam, yaitu: 
  1. The science of educational psychology (ilmu psikologi pendidikan); 
  2. Heredity (turun-temurun), 
  3. Physical structure (struktur fisik), 
  4. Growth (perkembangan), 
  5. Behavior processes (proses perilaku), 
  6. Nature and scope of learning (sifat dan ruang lingkup pembelajaran), 
  7. Factors that condition learning (faktor kondisi belajar), 
  8. Law and theories of learning (hukum dan teori pembelajaran), 
  9. Measurement: Basic principles and definitions (prinsip dasar pengukuran dan definisi), 
  10. Transfer of training: subyect matter (mentransfer materi pelatihan), 
  11. Practical aspect of measurement (aspek praktis pengukuran), 
  12. Element of statistics (unsur statistik), 
  13. Mental hygiene (kesehatan mental), 
  14. Character education (pendidikan karakter), 
  15. Psychology of secondary school subject (psikologi sekolah menengah subjek), dan 
  16. Psychology of elementary school subject (psikologi subjek SD) (Suryabrata, 2002: 2-3).
Dari enam belas poin di atas yang dapat digunakan dalam pembelajaran biola yaitu: struktur fisik, ruang lingkup pembelajaran, faktor kondisi belajar, materi pelatihan atau pembelajaran, dan kesehatan mental. Dalam pembelajaran biola struktur fisik (anatomi) sangat penting kaitannya dengan metode apa yang cocok digunakan, sedangkan ruang lingkup pembelajaran dan faktor kondisi belajar sangat penting kaitannya dengan keinginan dan kepuasan saat seseorang berlatih dan bermain.

Umumnya orang beranggapan bahwa pendidik adalah sosok yang memiliki sejumlah besar pengetahuan tertentu dan berkewajiban menyebarluaskannya kepada orang lain. Demikian juga subjek didik sering dipersepsikan sebagai sosok yang bertugas mengkonsumsi informasi-informasi dan pengetahuan yang disampaikan pendidik. Semakin banyak informasi pengetahuan yang mereka serap atau simpan semakin baik nilai yang mereka peroleh dan akan semakin besar pula pengakuan yang mereka dapatkan sebagai individu terdidik (Supriadi, 2006:1).

Anggapan-anggapan seperti ini mesti sudah berusia cukup tua, tidak dapat dipertahankan lagi. Fungsi pendidik memberikan informasi pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada subjek didik dan fungsi subjek didik menyerap dan mengingat-ingat keseluruhan informasi itu semakin tidak relevan lagi. Mengingat bahwa pengetahuan itu sendiri adalah sesuatu yang dinamis dan tidak terbatas. Dengan kata lain pengetahuan-pengetahuan hanya bersifat sementara dan berubah-ubah, tidak mutlak. Gugus pengetahuan yang dikuasai dan disebarluaskan saat ini secara relatif. Mungkin hanya berfungsi untuk saat ini dan tidak untuk lima hingga sepuluh tahun ke depan. Karena itu, tidak banyak artinya memberikan informasi pengetahuan kepada subjek didik apalagi bila hal itu terlepas dari konteks pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Namun demikian bukan berarti fungsi tradisi pendidik untuk menyebarkan informasi pengetahuan harus dipupuskan sama sekali. Fungsi ini perlu dipertahankan, tetapi harus dikombinasikan dengan fungsi-fungsi sosial yang lebih luas, yaitu membantu subjek didik untuk memadukan informasi-informasi yang terpecah-pecah dan tersebar ke dalam satu falsafah yang utuh. Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa menjadi seorang pendidik dewasa ini berarti juga menjadi “penengah” di dalam perjumpaan antara subjek didik dengan himpunan informasi faktual yang setiap hari mengepung kehidupan mereka (Supriadi, 2006: 1).

Seorang pendidik harus mengetahui dimana letak sumber-sumber informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik. Dengan perolehan informasi pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk mengembangkan kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Pada momentum inilah tindakan belajar dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek didik belajar mengkaji kemampuannya secara realistis dan menerapkannya untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya (Supriadi, 2006:1).

Deskripsi di atas terlihat bahwa indikator dari satu tindakan belajar dikatakan berhasil apabila subjek didik telah mengembangkan kemampuannya sendiri. Lebih jauh lagi bila subjek didik berhasil menemukan dirinya sendiri menjadi dirinya sendiri. Faure pada tahun 1972 menyebutnya sebagai “learning to be” (Supriadi, 2006:1).

Tugas pendidik untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi berlangsungnya tindakan belajar secara efektif. Kondisi yang kondusif itu tentu lebih dari sekedar memberikan penjelasan tentang hal-hal yang termuat di dalam buku teks, melainkan mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motif-motif dan membantu subjek didik dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan (Supriadi, 2006:1).

Bagi beberapa pserta didik, belajar memainkan alat musik berarti mempelajari sebuah repertoar yang telah tertulis untuk sebuah alat musik. Kebanyakan pendidikan menggunakan orientasi visual untuk memperkenalkan lagu baru yang dimainkan dengan membaca dan berlatih beberapa sesi yang biasanya dalam rangka mempersiapkan sebuah konser atau menjelang ujian. Pada kasus seorang pemain musik yang sudah ahli dan mencapai tingkat tinggi, yang familiar dengan notasi sebagai hasil dari berbagai jenis latihan, sangat memungkinkan baginya untuk mendalami musik dan mempertunjukannya melalui memori tanpa bantuan notasi musik. Esensi dari pendekatan ini adalah orientasi visual dimana seorang musisi belajar memainkan musik dengan cara membaca dan belajar notasi musik (Djohan, 2003:177-178).

Fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator, dan fasilitator dapat dilakukan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua bagian, yaitu:

Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor metode pembelajaran, faktor lingkungan, dan faktor kondisi individual peserta didik. metode pembelajaran menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai peserta didik. Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian metode pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik, juga melakukan gradasi materi pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih kompleks.

Faktor lingkungan yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula belajar pada pagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondusif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam bermain musik seseorang harus fokus dan konsentrasi dengan apa yang dia pelajarinya, karena tidak mungkin seseorang bermain musik dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar (Supriadi, 2006: 2).

Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar jumlahnya banyak dan masing-masingnya tidak dapat dibahas terpisah. Perilaku individu termasuk perilaku belajar yang merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.

Perhatian
Peserta didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksploitasi2 sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu (Supriadi, 2006:2). Seperti menyediakan materi pembelajaran yang sesuai dengan peserta didik (metode), seperti memberikan perhatian lebih ketika seorang peserta didik bosan atau kesulitan dalam suatu teknik atau lagu.

Pengamatan
Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan, dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang baik masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran (Supriadi, 2006:2).

Seseorang belajar musik penglihatan dan pendengaran adalah dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Penglihatan digunakan untuk belajar dan membaca notasi sedangkan pendengaran sangat penting untuk membedakan benar atau tidaknya nada (intonasi).

Ingatan
Secara teoretis, ada tiga aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yaitu: 1. menerima kesan, 2. menyimpan kesan, dan 3. mereproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah ingatan selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan. Kecakapan menerima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya. (Supriadi, 2006:2).

Pengembangan teknik pembelajaran juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk materi pembelajaran yang berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu, contoh yang menarik adalah mengingat tanda mula dalam tangga nada 1# G (gudeg), 2# D (djogja), 3# A (amat), 4# E (enak) dan sebagainya (Supriadi, 2006: 2).

Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga, bahwa setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama (Supriadi, 2006:2).

Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan, peserta didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi peserta didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial pembelajaran selesai (Supriadi, 2006:2).

Berpikir
Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian.

Kemampuan berpikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional, akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berpikir mereka, seperti dalam belajar biola untuk pemula diajarkan tangga nada A Mayor. Dan banyak dari mereka bertanya dan bahkan mencari sendiri tangga nada yang lain seperti tangga nada D dan G. Pembelajaran seperti ini akan menghadirkan tantangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.

Motif pembelajaran
Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik, tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar berlatih biola karena dia memang ingin lebih terampil dalam bermain biola (Supriadi, 2006:3).

Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada peserta didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok peserta didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain. Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.3

Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yaitu menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya. Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain (Supriadi, 2006:3).

Ekstrakurikuler
Hampir semua Sekolah dasar, Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di tanah air memiliki ekstrakurikuler. Kegiatan diluar jam pelajaran itu menawarkan sejumlah pelatihan sesuai bakat dan minat siswa. Ekstrakurikuler biasanya dilaksanakan satu kali dalam satu minggu selama satu setengah sampai dua tahun. Pelatih atau guru pengajar ekstrakurikuler kebanyakan guru sekolah yang bersangkutan. Sekolah yang mampu biasanya mendatangkan pelatih profesional dari luar.

Ekstrakurikuler sendiri adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni, olahraga, pengembangan kepribadian, dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri (Wikipedia.org/wiki/pembelajaran: 14 Februari 2013).

Terdapat beberapa syarat yang mendasari pembentukan ekstrakurikuler, yaitu:
  • Adanya pembina atau pembimbing dalam ekstrakurikuler tersebut, 
  • Adanya seksi OSIS yang mengurusi ekstrakurikuler tersebut, 
  • Memiliki sejumlah anggota, 
  • Disetujui oleh sekolah (Wikipedia.org/wiki/pembelajaran: 14 Februari 2013).
Ekstrakurikuler dibagi menjadi beberapa jenis yaitu Ekstrakurikuler olah raga, seni, hobi, penalaran, dan cinta bangsa dan tanah air (CBTA). Ekstrakurikuler yang meliputi kesenian adalah biola, tari, batik, dan paduan suara. Sekolah Chandra Kusuma School terdapat ekstrakurikuler biola yang sering juga disebut (Musik Program) yang termasuk dalam ekstrakurikuler seni.

Musik program biola menjadi salah satu kegiatan ekstra yang banyak diminati dalam bidang seni musik yang mempelajari sebuah instrumen. Musik program instrumen biola ini sendiri terbentuk dari keinginan siswa dengan seni musik khususnya instrumen biola biola. Di dalam pelaksanaan musik program biola diterapkan sistem ansembel yaitu bermain secara bersama-sama dalam satu kelas. Ansambel biola selalu aktif dalam acara-acara sekolah, seperti masa orientasi siswa (MOS), penyambutan pelajar dari luar negeri, dan acara lainnya.

Musik program biola memiliki lebih dari 50 peserta didik yang dibagi setiap kelas 8 siswa dan satu pengajar biola yaitu pemula dan lanjut. Setiap kelas memiliki keterampilan yang berbeda, untuk pemula biasanya peserta didik yang belum bisa memainkan tetapi mempunyai keinginan untuk belajar biola. Untuk kelas lanjut biasanya peserta didik yang sudah mampu memainkan lagu-lagu kecil, tangga nada, serta teknik-teknik dasar bermain biola.

Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler sangat baik untuk mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuan peserta didik di berbagai bidang di luar bidang akademik sehingga peserta didik dapat menyalurkan bakat dan minat pada tempatnya.

Adapun silabus progam pembelajaran musik klasik dengan instrumen biola Chandra Kusuma School sebagai berikut: 
  1. Program pembelajaran diproyeksikan untuk satu semester (6 Bulan) yang terbagi pada semua tingkatan kelas baik pada TK dan SD sampai pada SMP dan SMA. 
  2. Materi pembelajaran diambil dari buku A tune a day, Suzuki dan kurikulum ABRSM dan diperkaya dengan repertoar yang relevan seperti partitur orkestra maupun lagu-lagu lainnya yang diaransemen dan ditulis dalam bentuk notasi balok. 
  3. Pengajar dipersilahkan melakukan pengembangan materi pembelajaran. Rincian pembagian pembelajaran: 
  • Organologi/pengenalan instrument menggesek, 
  • Fingering/penjarian, 
  • Nilai nada, 
  • Scale/tangga, 
  • nada etude/teknik, 
  • Lagu, 
  • Bermain duet, kwartet, ansambel, 
  • Ujian dan konser.

Pengertian Dan Langkah-Langkah Metode SQ3R Menurut Para Ahli

Pengertian Metode SQ3R
Sering kita mengalami kesulitan dalam memahami sebuah buku atau bahan bacaan lainnya. Tidak jarang untuk memahami sebuah bacaan, kita membaca lebih dari satu kali. Mengapa demikian?

Banyak orang yang membaca sebuah buku atau bacaan lain dengan cara membaca keseluruhan bacaan itu sekaligus. Dengan cara itu, orang tersebut beranggapan akan dapat memahami bacaan itu dengan baik. Ternyata anggapan tersebut tidak terlalu tepat. Untuk memahami suatu bacaan, tidaklah sekedar membaca, tetapi memerlukan strategi yang tepat, cepat, dan memperoleh hasil yang baik.

Membaca sebuah buku, dapatdimulai dengan membaca sekilas atau skimming, kemudian dilanjutkan dengan membaca secara intensif. Membaca sekilas bertujuan untuk memperoleh kesan umum dari sebuah buku. Akan tetapi, buku itu juga harus dipelajari secara intensif. Kita tidak hanya membaca buku itu secara meluas, tetapi perlu juga secara mendalam. Membaca secara intensif diperlukan untuk memperoleh informasi yang lebih bermutu, lebih berbobot, lebih kental, dan lebih utuh. Untuk kegiatan membaca seperti itu, kita dituntut untuk relational thinking (Widyamartaya, 1992).

Pemahaman bacaan merupakan kemampuan untuk mengerti ide-ide pokok, perincian yang penting dari bacaan, dan pengertian yang menyeluruh terhadap bacaan itu. Oleh karena itu, kita perlu menguasai kosakata dan struktur tulisan dengan baik.

Banyak cara atau metode yang telah dikembangkan untuk keterampilan membaca dalam kurun waktu lima puluh tahun terakhir ini. Salah satu di antaranya ialah metode SQ3R. Apakah SQ3R itu?

SQ3R merupakan suatu metode membaca yang sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional. Metode membaca ini baik untuk keperluan studi. Metode membaca untuk studi ini dianjurkan oleh seorang guru besar psikologi dari Ohio State University, yaitu Prof. Francis P. Robinson, tahun 1941. Metode ini merupakan salah satu metode membaca yang makin lama makin dikenal orang dan banyak digunakan. 

Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R mencakup lima langkah sebagai berikut ini.
  1. Survei (penelaahan pendahuluan),
  2. Question (bertanya),
  3. Read (baca),
  4. Recite (mengutarakan kembali),
  5. Review (mengulang kembali).
Karakteristik Metode SQ3R
Untuk menggunakan metode ini, sebelum membaca kita melakukan survei terhadap bacaan atau buku untuk memperoleh gambaran umum dari suatu bacaan dengan cara melihat bagian permulaan dan akhir. Misalnya, pada saat akan membaca buku, kita menyurvei terlebih dahulu judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit, daftar isi, kata pengantar, rangkuman, dan daftar pustaka. Setelah menyurvei buku, kita merumuskan beberapa pertanyaan untuk diri sendiri tentang bacaan tersebut yang diharapkan jawabannya ada dalam buku itu. Hal itu akan membantu dan menuntun kita memahami bacaan. Dengan bekal rumusan pertanyaan-pertanyaan tadi, barulah kita membaca. Pertanyaan itu merupakan penentuan yang dapat membantu pembaca menemukan informasi yang diinginkannya dengan cepat.

Untuk mengetahui penguasaan terhadap bacaan, setelah membaca, kita lakukan kegiatan menceritakan/mengutarakan kembali dengan kata-kata sendiri. Untuk membantu daya ingat, kita membuat catatan-catatan kecil.

Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R diakhiri dengan kegiatan meninjau kembali/mengulang kembali apa yang sudah kita baca. Kita tidak perlu membaca ulang bacaan itu secara keseluruhan, tetapi hanya memeriksa bagian-bagian yang dianggap penting yang memberikan gambaran keseluruhan dari bacaan, juga untuk menemukan hal-hal penting yang mungkin terlewat pada saat kita membaca sebelumnya.

Begitulah gambaran singkat kegiatan membaca yang menggunakan metode SQ3R. Dengan demikian, yang dimaksud dengan SQ3R adalah suatu metode membaca untuk menemukan ide-ide pokok dan pendukungnya serta membantu mengingat agar lebih tahan lama melalui lima langkah kegiatan, yaitu survei, question, read, recite, dan review.

Langkah-langkah Metode SQ3R
Langkah 1 : Survey
Jika kita membaca sebuah buku, apa yang pertama-tama kita lakukan? Apakah kita langsung membaca buku tersebut?

Sebelum membaca, biasanya orang menyediakan waktu beberapa menit untuk mengenal keseluruhan anatomi buku. Caranya dengan membuka-buka buku secara cepat dan keseluruhan yang langsung tampak. Anatomi buku meliputi (1) bagian pendahuluan, seperti halaman judul (judul, nama pengarang, penerbit, tempat penerbit, tahun terbit, dan sebagainya), daftar isi, halaman ucapan terima kasih, daftar tabel, dan daftar gambar (jika ada), barangkali juga halaman yang berisi persetujuan yang berwenang menerbitkan buku tersebut, dan abstraksi; (2) bagian isi buku, yang menggambarkan urutan dan tata penyajian isi buku; (3) bagian akhir buku, yaitu berisi kesimpulan, saran atau rekomendasi, daftar pustaka, dan indeks.

Semua unsur dilihat secara sekilas, minimal untuk memberikan gambaran isi, kemenarikan, dan kemanfaatannya. Buku yang baik (bersifat ilmiah) hendaknya mengandung bagian-bagian buku tersebut. Jadi, dalam membaca buku tidak langsung masuk ke dalam batang tubuh bacaan tersebut. Apakah kita juga melakukan hal-hal yang sama sebelum membaca?

Langkah 2 : Question
Pada saat kita menghadapi sebuah bacaan, pernahkah kita mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang hal-hal yang berkaitan dengan bacaan? Pertanyaan-pertanyaan itu dapat menuntun kita memahami bacaan dan mengarahkan pikiran pada isi bacaan yang akan dimasuki sehingga kita bersikap aktif. Kita tidak hanya mengikuti apa saja yang dikatakan pengarang. Kita boleh mengkritik dan mempertanyakan apa yang dikatakan pengarang sambil nanti melihat buktinya

Langkah 3 : Read
Setelah kita menyurvei dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan, kita mulai melakukan kegiatan membaca. Tidak perlu semua kalimat, kita dapat membaca dengan dituntun oleh pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan. Perlambat cara membaca kita pada bagian-bagian yang penting atau yang kita anggap sulit dan percepat kembali pada bagian-bagian yang tidak penting atau yang telah kita ketahui. Dengan demikian, kegiatan membaca kita relatif lebih cepat dan efektif, tetapi pemahaman yang menyeluruh tentang bacaan atau buku tersebut telah kita dapatkan. Pada langkah ini konsentrasi diri sangatlah penting.

Langkah 4 : Recite
Setiap kita selesai membaca satu bagian berhentilah sejenak. Buatlah catatan-catatan penting tentang bagian yang dibaca itu dengan kata-kata sendiri, lakukan itu terus sampai kita selesai membaca. Catatan itu dapat berupa kutipan, simpulan, atau komentar kita. Jika kita masih mengalami kesulitan, ulangi sekali lagi bagian yang sulit itu. Catatan-catatan tersebut akan membantu kita untuk mengingat apa yang sudah dibaca agar tidak sampai terjadi begitu selesai membaca hilang pula apa yang telah kita baca.

Langkah 5 : Review
Setelah kita selesai membaca buku secara keseluruhan, tinjau kembali hal-hal penting yang telah kita baca. Temukan bagian-bagian penting yang perlu untuk diingat kembali, terutama hal-hal yang telah diberi tanda atau digarisbawahi. Pengulangan kembali ini akan membantu daya ingat kita untuk memperjelas pemahaman terhadap bacaan, juga membantu menemukan hal penting yang mungkin terlewat sebelumnya. Selain itu, kita juga mendapatkan isi buku secara keseluruhan. Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R akan lebih efektif dan efisien serta memungkinkan memberi hasil yang maksimal.

Referensi
  • Nurhadi. 1987. Membaca cepat dan efektif. Bandung: CV Sinar Baru.
  • Nurhadi. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca? Bandung : Sinar Baru.
  • Soedarso. 1988. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia.
  • Tampubolon, D.P. 1987. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa.
  • Widyamartaya, A. 1992. Seni Membaca untuk Studi. Yogyakarta: Kanisius

Pengertian Metodologi Penelitian Menurut Para ahli

Pengertian Metodologi Penelitian
“Metodologi penelitian” berasal dari kata “Metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan “Logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi, metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan “Penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.

Tentang istilah “Penelitian” banyak para sarjana yang mengenukakan pendapatnya, seperti :

a. David H. Penny
Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.

b. J. Suprapto MA
Penelitian ialah penyelididkan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati serta sistematis.

c. Sutrisno Hadi MA
Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

d. Mohammad Ali
Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu dengan melalui penyelidikan atau melalui usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya.

Dari batasan-batasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metodologi penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan/mempersoalkan mengenai cara-cara melaksanakan penelitian sampai menyusun laporannya) berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah.

Lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahapan-tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun serta menganalisis dan menyimpulkan data-data, sehingga dapat dipergunakan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran sesuatu pengetahuan berdasarkan bimbingan Tuhan.

Metodologi penelitian terdiri dari kata metodologi yang berarti ilmu tentang jalan yang ditempuh untuk memperoleh pemahaman tentang sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sejalan dengan makna penelitian tersebut di atas, penelitian juga dapat diartikan sebagai usaha/kegiatan yang mempersyaratkan keseksamaan atau kecermatan dalam memahami kenyataan sejauh mungkin sebagaimana sasaran itu adanya. Jadi, metodologi penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk mencapai pemahaman. Jalan tersebut harus ditetapkan secara bertanggung jawab ilmiah dan data yang dicari untuk membangun/ memperoleh pemahaman harus melalui syarat ketelitian, artinya harus dipercaya kebenarannya.

Perkembangan Metodologi Penelitian
Ilmu pengetahuan memiliki sifat utama yaitu tersusun secara sistematik dan runtut dengan menggunakan metode ilmiah. Karenanya sementara orang menganggap perlunya memiliki sikap ilmiah untuk menyusun ilmu pengetahuan tersebut atau dengan kata lain ilmu pengetahuan memiliki tiga sifat utama tersebut, yaitu :
1) Sikap ilmiah
2) Metode ilmiah
3) Tersusun secara sistematik dan runtut

Sikap ilmiah menuntun orang untuk berpikir dengan sikap tertentu. Dari sikap tersebut orang dituntun dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan.

Selanjutnya cara tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan sikap ilmiah dan metode ilmiah diharapkan dapat disusun ilmu pengetahuan dengan sistematik dan runtut.
 
Periode perkembangan metodologi penelitian yang dikemukakan oleh Rummel yang dikutip oleh Prof. Sutrisno Hadi MA digolongkan sebagai berikut :

a. Periode Trial and Error
Dalam periode ini diisyaratkan bahwa ilmu pengetahuan masih dalam keadaan embrional. Dalam periode ini orang menyusun ilmu pengetahuan dengan cara mencoba-coba berulang kali sampai dijumpia suatu pemecahan masalah yang diangap memuaskan.

b. Periode Authority and Tradition
Pada periode ini kebenaran ilmu pengetahuan didasarkan atas pendapat para pemimpin atau penguasa waktu itu. Pendapat-pendapat itu dijadikan ajaran yang harus diikuti begitu saja oleh rakyat banyak dan mereka harus menerima bahwa ajaran tersebut benar.

Di samping pendapat para penguasa atau pemimpin, tradisi dalam kehidupan manusia memang memegang peranan yang sangat penting di masa lampau dan menentang tradisi merupakan hal yang tabu. Karenanya tradisi dipercaya sebagai hal yang benar, sehingga tradisi menguasai cara berpikir dan cara kerja manusia berabad-abad lamanya. Sebagai contoh,sampai pertengahan abad 20, petani Jawa masih memegang tradsisi bahwa mereka akan segera turun ke aswaah apabila telah melihat bintang biduk (gubuk penceng) sebagai pertanda mulai turun hujan.

c. Periode Speculation and Argumentation
Pada periode ini ajaran atau doktrin para pemimpin atau penguasa serta tradisi yang bercakal dalam kehidupan masyrakat mulai menggunakan dialektika untuk mengadakan diskusi dalam memecahkan masalah untuk memperoleh kebenaran. Dengan kata lain, masyarakat mulai membentuk kelompok-kelompok spekulasi untuk memperoleh kebenaran dan menggunakan argumen-argumen. Masing-masing kelompok membuat spekulasi dan argumen yang berbeda dalam memperoleh kebenran. Oleh sebab itu, pada saat ini orang terlalu mendewakan akal dan kepandaian silat lidahnya, yang kadang-kadang dibuat-buta supaya tampak masuk akal.

d. Periode Hypothesis and Experimentation
Pada periode ini orang mulai mencari rangkaian tata cara untuk mnerangkan suatu kejadian. Mula-mula membuat dugaan-dugaan (hipotesis-hipotesis), kemudian mengumpulkan fakta-fakta kemudian dianalisis dan diolah, hingga akhirnya ditarik kesimpulan. Fakta-fakta tersebut diperoleh dengan eksperimen atau observasi-observasi serta dokumen-dokumen.

(Narbuko, Drs. Cholid dan Drs. H. Abu Achmadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara.)

Desain penelitian
Desain penelitian atau rancangan penelitian pada dasarnya adalah strategi untuk memperoleh data yang dipergunakan untuk menguji hipotesa meliputi penentuan pemilihan subjek, dari mana informais atau data kan diperoleh, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, prosedur yang ditempuh untuk pengumpulan serta perlakuan yang kana diselenggarakan (khusus untuk penelitin eksperimental). Desain penelitian ditetapkan dengan mengacu pada hipotesa yang telah dibangun. Pemilihan desain yang tepat sangat diperlukan untuk menjamin pembuktian hipotesa secara tepat pula.

Dalam bahasan ini, jenis-jenis rancangan penelitian dikelompokkan dengan mengacu pada Arikunto dalam bukunya “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”.

Pengelompokkan Desain Penelitian
Berdasarkan sudut pandang untuk melakukan penelitian, jenis-jenis desain penelitian dikelompokkan sebagai berikut :

1. Menurut teknik pengambilan sampel
a. Penelitian terhadap populasi
b. Penelitian terhadap sampel
c. Studi kasus

2. Menurut timbulnya variabel
a. Penelitian non eksperimental

i.Penelitian deskriptif
1. Survei
2. Studi kasus
3. Penelitian kausal komparatif
a. Penelitian Retrospektif (Ex post facto)
b. Penelitian Prospektif (Cohort)

4. Penelitian korelasional
ii. Penelitian historis
iii.Penelitian filsafat
b. Penelitian eksperimental

i.Penelitian pra eksperimental
1. Pasca tes satu kelompok
2. Pra tes dan pasca tes satu kelompok

ii. Penelitian eksperimental semu (Quasi Experimental Study)
1. Pasca tes dengan kelompok yang tidak diacak
2. Pra tes dan pasca tes yang tidak diacak

iii.Penelitian eksperimental sungguhan
1. Pasca tes dengan kelompok yang diacak
2. Pra tes dan pasca tes dengan kelompok yang diacak
3. Desain Solomon

iv. Penelitian klinik (Clinical Trial)
v. Riset Operasi (Operations Research)

3. Menurut model pengembangannya
a. Penelitian cross sectional
b. Penelitian longitudinal

Seorang peneliti dapat memilih desain penelitiannya menurut pengelompokkan tersebut di atas, sehingga dapat saja suatu penelitian merupakan gabungan dari beberapa desain, seperti misalnya, desain penelitian korelasional dengan pendekatan croos sectional pada total populasi; desain penelitian deskriptif kausal komparratif dengan pendekatan prospektif dan lain sebagainya.

(Sandjaja, B. dan Albertus Heriyanto. 2006.Panduan Penelitian. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.)

Menurut Prof. Sutrisno Hadi MA, jenis-jenis penelitian dapat digolongkan sebagai berikut :
  1. Menurut bidangnya : Penelitian dapat meliputi misalnya penelitian pendidikan, penelitian pertanian, penelitian hukum, penelitian ekonomi, penelitian agama
  2. Menurut tempatnya : Penelitian dapat meliputi misalnya penelitian laboratorium, penelitian perpustakaan dan penelitian kancah
  3. Menurut pemakaiannya : Penelitian dapat meliputi : Penelitian murni dan penelitian terapan 4) Menurut tujuan umumnya : Penelitian dapat meliputi : Penelitian eksploratif, penelitian developmental dan penelitian verifikatif
  4. Menurut tarafnya , penelitian dapat meliputi : penelitian inferensial 
  5. Menurut pendekatannya, penelitian dapat meliputi penelitian longitudinal dan penelitian cross sectional
Di sisi lain Dirjen Pendidikan Tinggi menyebutkan salah satu cara penggolongan mengenai macam rancangan penelitian berdasarkan atas sifat-sifat masalahnya.

Mendasarkan atas sifat-sifat masalah tersebut, rancangan penelitian dapat digolongkan sebagai berikut :
  1. a. Penelitian historis
  2. b. Penelitian deskripitf
  3. c. Penelitian perkembangan
  4. d. Penelitian kasus dan penelitian lapangan
  5. e. Penelitian korelasional
  6. f. Penelitian kausal komparatif
  7. g. Penelitian eksperimental sungguhan
  8. h. Penelitian eksperimental semu
  9. i. Penelitian tindakan

Variabel Penelitian
Menurut Y.W Best yang disunting oleh sanpiah Faisal yang disebut variabel penelitian adalah kondisi-kondisi atau serenteristik-serenteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi dalam suatu penelitian. Sedang Dirjen Dikti Depdikbud menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Dari kedua pengertian tersebutdapatlah dijelaskan bahwa variabel penelitian itu meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.

Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoretisnya dan kejelasannya ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoretis suatu penelitian berbeda, akan berbed pula variabelnya.

Pada dasarnya banyaknya variabelsangat tergantung oleh sederhana atau runtutnya penelitian. Semakin sederhana rancangan penelitian, maka akan semakin sederhana pula variabelnya dan sebaliknya. 

Macam-macam variabel adalah sebagai berikut :
1) Menurut fungsinya variabel dapat dibedakan :
  • Variabel tergantung
  • Variabel bebas
  • Variabel intervening
  • Variabel moderator
  • Variabel kendali
  • Variabel rambang
a. Variabel Tergantung (Dependent Variabel)
Yaitu kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi, pengubah atau mengganti variabel bebas. Menurut fungsiya, variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain, karenanya juga sering disebut variabel yang dipengaruhi atau terpengaruhi.

b. Variabel bebas (Independent Variabel)
Adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobeservasi.

Karena fungsi variabel ini sering disebut variabel pengaruh, sebab berfungsi  mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh terhadap variabel lain.

c. Variabel intervening
Yaitu variabel yang berfungsi menghubungkan variabel satu dengan variabel yang lain.

Hubungan itu dapat menyangkut sebab akibat atau hubungan pengaruh dan terpengaruh.

d. Variabel Moderator
Variabel moderator ialah variabel yang karena fungsinya ikutmempengaruhi variabel tergatung serta memperjelas hubungan bebas dengan variabel tergantung.

e. Variabel kendali
Adalah variabel yang membatasi (sebagai kendali) atau mewarnai variabel moderator.
Variabel ini berfungsi sebagai kontrol terhadap variabel lain terutama yang berkaitan dengan variabel moderator.

f. Variabel rambang
Yaitu variabel yang fungsinya dapat diabaikan atau pengaruhnya terhadap variabel bebas maupun variabel tergantung hampir tidak diperhatikan.

2) Menurut datanya, variabel dapat dibedakan berdasarkan data yang diharapkan terkumpul, karena itu dapat dibedakan menjadi :
  • Data nominal yang terkait dengan variabel nominal
  • Data ordinal yang terkait dengan variabel ordinal
  • Data interval yangterkait dengan variabel interval
  • Data rasio yang terkait dengan variabel rasio
Variabel nominal adalah variabel yang bersifat deskrit dan saling pisah antara kategori satu dengan yang lain. Contohnya : jenis kelamin, jenis pekerjaan, status perkawinan dsb.

Variabel ordinal ialah variabel yang disusun berdasarkan tingkat/rangking yang berurutan.

Variabel interval adalah variabel yang dihasilkan dari pengukuran, dimana dalam pengukuran tersebut diasumsikan terdapat satuan pengukuran yang sama.

Variabel rsio ialah variabel yang dalam kuantifikasinya hanya mempunyai nol mutlak.

Hubungan antar variabel
Sesungguhnya yang dikemukakan di dalam inti penelitian ilmiah adalah mencari hubungan antara berbagai variabel. Hubungan yang paling dasar adalah hubungan antara dua variabel bebas dan variabel terikat (tergantung).

Merumuskan definisi operasional variabel
Setelah variabel-variael diidentifikasikan dan diklasifikasikan, maka variabelvariabel tersebut perlu didefiniskan secara operasional (Bridgman-1927). Penyusunan ini perlu diakukan karena definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok untuk digunakan.

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati/diobservasi. Konsep yang dapat diamati merupakan hal yang sangat penting karena hal yang dapat diamati tersebut membuka kemungkinan bagi orang lain, tentunya selain peneliti itu sendiri untuk dapat melakukan hal serupa, sehingga nantinya apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.

Adapun cara menyusun definisi operasional itu dapat bermacam-macam, yaitu:
  • Yang menekankan kegiatannya (operation), apa yang perlu dilakukan.
  • Yang menekankan bagaimana kegiatan (operation) itu dilakukan
  • Yang menekankan sifat-sifat statis hal yang didefinisikan
Setelah definisi operasional variabel-variabel penelitian selesai dirumuskan, maka prediksi yang terkandung dalam hipotesis telah dioperasionalisasikan. Jadi, peneliti telah menyusun prediksi tentang kaitan berbagai variabel penelitiannya itu secara operasional dan siap diuji melalui data empiris.

Sumber :
  • Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara
  • Sukandarrumidi,2006. Metodologi Penelitian petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
  • Sandjaja, B. dan Albertus Heriyanto. 2011. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
  • Hadjar, Ibnu.1999. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. Jakarta : RajaGrafindo Persada.
  • Arikunto, Suharasimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta : Rineka Cipta
  • Anonim. 2010. Panduan Tugas Akhir, Yogyakarta: FBS UNY.